Thursday, November 20, 2008

Strategi Terbaru Dalam Pencegahan Influenza

Abstrak. Vaksin untuk orang dewasa sebenarnya tersedia cukup banyak jenisnya, walaupun demikian vaksin yang dianjurkan untuk digunakan terutama adalah vaksin influenza dan pneumokok.
Selama bertahun-tahun fokus pencegahan flu dengan vaksinasi lebih ditekankan untuk kelompok usia lanjut dan para penderita penyakit kronik. Akan tetapi sejak diketahuinya morbiditas pada anak dan keuntungannya bila diberikan vaksinasi, maka imunisasi influenza direkomendasikan pula untuk kelompok ini. Perkembangan mutakhir vaksin influenza dan pengalaman Jepang dengan vaksinasi anak sekolah terhadap flu memberikan pelajaran yang berguna pada strategi pencegahan influensa. Selain itu perkembangan vaksin baru dan perkembangan antiviral, seiring pula dengan perkembangan rekomendasi imunisasi, akan meningkatkan wawasan kita terhadap flu sehingga akan mengurangi korban akibat dari suatu penyakit yang tersebar diseluruh dunia sejak lama.
Seperti halnya dengan penggunaan vaksin hidup virus lainnya, maka perlu perhatian terhadap masalah keamanan ca influenza vaccine. Reversi dari “virus beradaptasi dingin” (cold adapted virus, ca virus) menjadi virus liar (wild virus) dapat mengakibatkan infeksi saluran respirasi bawah. Transmisi dari orang ke orang dari virus vaksin hidup ini belum pernah dilaporkan tetapi potensial dapat terjadi. Pada penelitian klinik vaksin ini ditoleransi dengan baik, namun tetap diperlukan penelitian pasca pemasaran yang melibatkan sejumlah besar anak untuk memantau kemungkinan komplikasi yang jarang terjadi.


Pendahuluan
Dewasa ini vaksin yang tersedia untuk orang dewasa cukup banyak, seperti vaksin untuk difteri, tetanus, polio, measles, mumps, rubella, haemofilus influenza tipe B, influenza, pneumokok, meningokok, tifoid, BCG, varicella, yellow-fever, hepatitis A, hepatitis B, influenza, japanese B encephalitis, tifoid dan rabies. Indikasi penggunaan vaksin pada orang dewasa didasarkan kepada riwayat paparan, risiko penularan, usia lanjut, imunokompromais, gaya hidup dan rencana bepergian. Walaupun demikian vaksin yang dianjurkan untuk orang dewasa terutama adalah vaksin influenza dan pneumokok.

Di Amerika Serikat diperkirakan terdapat kurang lebih 48 juta kasus influenza pada segala usia selama musim dingin. Dari kasus yang terjadi tersebut 3,9 juta orang dirawat dan sekitar 20.000 orang meninggal. Dilaporkan pada saat ini lebih dari 90% kematian karena influenza terjadi pada usia 65 tahun atau lebih. Dari pengamatan di Indonesia, yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Penyakit Menular, Badan Penelitian dan Pengembang Kesehatan dan NAMRU-2, Jakarta, dengan contoh yang diambil dari penderita infeksi saluran pernapasan (ISPA) dari berbagai Puskesmas di Jakarta, serta Unit Rawat Jalan RS Sumber Waras-Jakarta, RS Hasan Sadikin dan RS Kebon Jati-Bandung, pada bulan Oktober dan November 1999, ditemukan 6% (40 dari 673 penderita) positif untuk influenza dan 6 dari 10 penderita yang telah diperiksa secara biakan jaringan ternyata diidentifikasi sebagai H3N2, kemungkinan besar sebagai strain Sydney. Virus influenza ini amat “smart” (licik) dan dapat menyebar cepat setiap saat.

Walaupun vaksin flu bermanfaat, ternyata rekomendasi vaksinasi pada penduduk Amerika Serikat yang berisiko tinggi termasuk pada anak-anak cakupan imunisasinya rendah. Misalnya kurang dari 30% penduduk usia kurang dari 65 tahun dengan penyakit jantung kronik, paru dan gangguan lainnya yang divaksinasi pada tahun 1997, bahkan target imunisasi di seluruh dunia masih jauh dari yang diharapkan. Selama bertahun-tahun fokus pencegahan flu dengan vaksinasi lebih ditekankan untuk kelompok usia lanjut dan para penderita penyakit kronik. Akan tetapi sejak diketahuinya morbiditas influenza pada anak dan keuntungannya bila divaksinasi, maka imunisasi influenza direkomendasikan pula untuk kelompok ini. Perkembangan mutakhir vaksin influenza akan merubah strategi pencegahan influenza.

Epidemiologi
Influenza merupakan penyakit virus saluran napas unik, oleh karena menimbulkan wabah berulang dengan aktivitas kuat serta kejadian infeksi tinggi pada semua usia. Virus influensa ini merupakan salah satu penyebab utama untuk ISPA. Bersifat sangat menular, dan dapat tersebar pada kelompok penduduk secara lokal, nasional atau bahkan secara global. Penyakit ini mempunyai pola musiman, di belahan bumi utara dengan empat musim terjadi terutama pada musim dingin sebaliknya sangat sedikit kasus pada musim panas. Di wilayah tropis terutama terjadi pada musim hujan, hasil pengamatan di Singapura dan Thailand kasus influensa terdapat sepanjang tahun dengan fluktuasi yang tidak begitu mencolok seperti di negara empat musim. Transmisi virus dipermudah oleh lingkungan ruangan yang padat. Infeksi pandemi tidak tergantung musim dan dapat terjadi sepanjang tahun.Umumnya pola infeksi influensa berupa morbiditas tinggi dan mortalitas rendah, walaupun pada kejadian luar biasa (KLB), kematian karena pneumonia dapat meningkatkan mortalitas. Banyak penelitian menemukan angka infeksi pada anak pra-sekolah dan anak usia sekolah lebih tinggi dari pada usia dewasa terutama selama epidemi influensa B dan anak dapat merupakan reservoir efektif penyakit ini. Glezen dkk
menemukan bahwa 1/3 bayi di Houston terinfeksi influensa pada awal kehidupan terutama pada usia 7-12 bulan Pada keluarga yang mempunyai anak usia sekolah dan usia lebih muda lebih sering menderita influensa karena terpapar dari anggota keluarga yang usianya kurang dari 20 tahun. Penemuan ini sesuai dengan konsep bahwa influenza terbanyak menginfeksi individu dengan imunitas lemah dan anak pada umumnya sebagai sumber influenza di masyarakat. Walaupun banyak mortalitas yang dihubungkan dengan influenza, secara keseluruhan “case fatality rate” kecil. 30% diantaranya memerlukan perawatan medis. Dampak ekonomi dari influensa tidak hanya pada perawatan medis tetapi juga hilangnya produktifitas manusia.Untuk memahami epidemiologi influenza diperlukan pengertian tentang variabilitas antigenik yang unik dari virus ini. Dengan interval yang tidak tetap antara 10-40 tahun, virus memperlihatkan perbedaan antigenik dari subtipe prevalen yang ada di masyarakat, karena virus ini secara antigenik baru, maka penyebarannya cepat dan menyebabkan penyakit meluas (pandemi) yang menyerang semua umur.

Download artikel selengkapnya di sini ....

Tuesday, November 18, 2008

Pekan Kondom Nasional 2007: Langkah Bersama Mengatasi Penyebaran HIV


Jakarta, 6 Nopember 2007 – Untuk pertama kalinya, sebuah kampanye berskala nasional bertajuk Pekan Kondom Nasional (PKN) 2007 diselenggarakan untuk meningkatkan pemahaman dan penggunaan kondom sebagai salah satu cara untuk mengatasi Infeksi Menular Seksual (IMS), khususnya HIV.

Pemerintah Indonesia melalui Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) bersama dengan DKT Indonesia, sebuah yayasan nirlaba yang bergerak di pemasaran sosial untuk pencegahan HIV & AIDS dan penyelenggaraan KB, didukung oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan serta Badan-badan PBB, menggalang kegiatan ini bersamaan dengan peringatan Hari AIDS Sedunia. PKN 2007 akan diselenggarakan pada 1-8 Desember 2007. Tahun ini, BKKBN ditunjuk sebagai koordinator pelaksanaan peringatan Hari AIDS Sedunia.

Data terbaru Departemen Kesehatan mengungkapkan bahwa secara kumulatif, sejak tahun 1987 dilaporkan 5,904 orang terinfeksi HIV, yang belum menunjukkan gejala (stadium HIV). Sedangkan jumlah pasien AIDS yang dilaporkan adalah 10,384, diantaranya 2,287 orang telah meninggal dunia. Fakta ini amat memprihatinkan, namun jumlah penularan yang belum didata jauh lebih besar – menurut estimasi, dalam tahun 2006 sejumlah 176,000–247,000 orang telah tertular virus HIV, sebagian sudah menikah atau merencanakan akan menikah.

Menurut Dr Nafsiah Mboi, Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional, ”HIV dan AIDS sudah masuk ke dalam keluarga-keluarga kita di Indonesia, ibu-ibu rumah tangga bahkan bayi-bayi sudah mulai banyak yang tertular. Kita berkewajiban untuk berupaya menghentikan penularan, dengan memberikan informasi yang benar dan lengkap, juga dengan menganjurkan pemakaian kondom pada seks berisiko, termasuk diantara suami isteri terutama bila salah satunya telah terinfeksi virus HIV. ”

“Di negara-negara Timur Tengah seperti Iran dimana mayoritas rakyatnya beragama Islam, kondom sudah dapat diterima dengan sangat baik di masyarakat sehingga sangat membantu program pencegahan penularan HIV,” papar DR dr. Tarmizi Taher selaku Ketua Umum Dewan Mesjid Indonesia, Mantan Menteri Agama RI.

Dr. Nafsiah Mboi Sp. A. MPH menambahkan bahwa negara-negara lain telah memberikan contoh yang baik tentang betapa pentingnya kondom dalam program penanggulangan HIV dan AIDS. Program penanggulangan HIV melalui penyediaan kondom dan pengobatan IMS di Thailand dimulai pada tahun 1989 dan berhasil menurunkan tingkat penularan HIV di negara tersebut sebesar 83%. Ini bisa terjadi karena risiko penularan HIV dengan penggunaan kondom berkurang sampai 10,000 kali lipat (Carey et al., 1992; Cavalieri d’Oro et al., 1994; Weller, 1993).
Program penggunaan kondom di masyarakat mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. ”Kondom berfungsi ganda (dual protection). Selain efektif sebagai alat kontrasepsi, kondom juga efektif mencegah penularan IMS termasuk HIV. Dalam program Keluarga Berencana, penggunaan kondom di Indonesia masih rendah dibanding alat kontrasepsi lain, oleh karena itu pemakaiannya perlu terus menerus dipromosikan dan ditingkatkan,” jelas Dr. Sugiri MPH, Kepala BKKBN.

“Rendahnya kesadaran akan pentingnya penggunaan kondom bagi kesehatan pribadi, kesehatan keluarga bahkan kesehatan masyarakat, juga merupakan kendala dalam mengatasi IMS dan kehamilan yang tidak terencana. Angka aborsi ilegal di Indonesia sudah mencapai 3 juta per tahun” tambahnya.

Dukungan tidak hanya datang dari lembaga nasional, tetapi juga dari lembaga internasional. ”Pekan Kondom Nasional diharapkan akan semakin mempopulerkan kondom sebagai alat kontrasepsi dan pencegah penularan IMS yang efektif, apalagi bila dilaksanakan dalam suatu program penanggulangan HIV dan AIDS yang komprehensif seperti di Indonesia” ungkap Nancy Fee, Country Coordinator UNAIDS.

Selama sepekan, agenda PKN 2007 akan terdiri dari serangkaian kegiatan yang mencakup pembagian kondom gratis dilengkapi dengan materi edukasi, pelatihan, demonstrasi cara pemakaian kondom, konser musik, talkshow, dan apresiasi terhadap sejumlah tokoh yang menunjukkan kepedulian dan komitmen yang tinggi terhadap permasalahan HIV/AIDS di Indonesia. DKT Indonesia merupakan lembaga yang ditunjuk sebagai koordinator penyelenggaraan PKN 2007.
”Saat ini, peredaran kondom di Indonesia hanya sekitar 100 juta dalam setahun. Tingkat penggunaan kondom yang rendah disebabkan oleh lingkungan sosial yang masih belum sepenuhnya mendukung penggunaan kondom. Kenyataan ini membuat stigma terhadap kondom tidak kunjung hilang. Pekan Kondom Nasional ini diharapkan akan meningkatkan lingkungan yang kondusif bagi penggunaan kondom,” ungkap Christopher Purdy, Country Director DKT Indonesia.

Khalayak yang menjadi sasaran kegiatan ini adalah pasangan usia subur, kelompok-kelompok yang diperkirakan memiliki resiko tinggi, dan masyarakat luas. Untuk mencapai berbagai target sasaran tersebut, tempat pelaksanaan kegiatan PKN 2007 sangat beragam, mulai dari tempat-tempat umum sampai ke wilayah red light district.

”PKN 2007 ini merupakan kesempatan berharga bagi seluruh organisasi dari unsur pemerintah, swasta, maupun nirlaba untuk secara independen maupun kolektif mengadakan kegiatan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya penggunaan kondom di Indonesia,” ungkap Pierre Frederick, Brand Manager Sutra & Fiesta Condoms.
BKKBN, KPAN dan DKT Indonesia mengajak dan membuka kesempatan kepada semua KPA dan BKKBN di semua tingkat, lembaga-lembaga pemerintah dan non pemerintah, bahkan siapa saja yang peduli terhadap penanggulangan IMS, HIV/AIDS, dan kehamilan yang tidak direncanakan untuk bekerja sama dan melibatkan diri di dalam PKN 2007.

***
Tentang Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) : Sebuah lembaga yang berfungsi sebagai tempat pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera. Juga memfasilitasi pembinaan kegiatan pemerintah, swasta, LSM dan masyarakat. BKKBN berlandaskan hukum Keputusan Presiden nomor 110 tahun 2001.

Tentang Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) : Sebuah lembaga yang mempunyai kewenangan untuk memimpin, mengelola dan melakukan koordinasi seluruh upaya penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia. KPAN berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Presiden. Didirikan sejak tahun 1994; landasan hukumnya kemudian diperbaharui dengan Peraturan Presiden No 75 tahun 2006. Selain di tingkat nasional, KPA juga berada di tingkat provinsi (Ketua Gubernur) dan di tingkat kabupaten dan kota (Ketua Bupati/Walikota)
Tentang DKT Indonesia : Yayasan DKT Indonesia merupakan lembaga nirlaba yang bergerak di bidang pemasaran sosial untuk pencegahan HIV/AIDS dan penyelenggaraan Keluarga Berencana. DKT didanai oleh pemerintah Jerman melalui KFW. Misi utama dari Yayasan DKT Indonesia adalah peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat dan kelompok resiko tinggi dengan cara mencegah penularan Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV/AIDS, dan kehamilan yang tidak direncanakan. Dalam kegiatannya, DKT Indonesia bekerjasama dengan Menteri Kesehatan dan berbagai LSM guna mempromosikan perubahan perilaku, melalui pemberian informasi dan peningkatan ketersediaan serta penggunaan kondom dengan harga terjangkau bagi masyarakat umum dan kelompok resiko tinggi. Beberapa produk DKT Indonesia yang telah dikenal luas oleh masyarakat adalah kondom Fiesta, Sutra dan alat kontrasepsi Andalan.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi:

Cresentia Novianti
Asst. Brand Manager Sutra & Fiesta
DKT Indonesia
Tel: 021 798 6569/71
Fax: 021 798 6570
E-mail : cnovianti@dktindonesia.org
This email address is being protected from spam bots, you need Javascript enabled to view it

Pierre Frederick
Brand Manager Sutra & Fiesta
DKT Indonesia
Tel: 021 798 6569/71
Fax: 021 798 6570

Launching Product : Ramelteon Obat Baru untuk Insomnia

Insomnia adalah kekurangan tidur yang diakibatkan oleh satu atau lebih faktor berikut ini :
  • Kesulitan untuk tidur
  • Terjaga dari tidur berulang kali dengan kesulitan untuk kembali tidur
  • Terjaga dari tidur terlalu cepat
  • Tidur yang tidak nyaman
Adapun jenis-jenis dari insomnia :
  1. Insomnia Transient (jika keluhan sulit tidur terjadi kurang dari satu minggu). Penyebab : Stres yang akut, terjadi perubahan pada irama sirkadien, jetlag, system pekerjaan berdasarkan shift/giliran waktu
  2. Insomnia Jangka pendek (jika keluhan sulit tidur terjadi dalam 1-4 minggu). Penyebab : Stres yang terus menerus/berkelanjutan, penyakit akut, efek samping pengobatan
  3. Insomnia Kronis (jika keluhan sulit tidur terjadi lebih dari 4 minggu). Penyebab : Terjadi perubahan pada struktur kimia otak dan hormon otak, terdapat gangguan psikiatrik

Insomnia Kronis Penyebab Insomnia Kronis :

  1. Terjadi perubahan kimiawi dan hormon otak, seperti hormon stress, hormon pertumbuhan, melatonin.
  2. Sistem kekebalan : Interleukin-6, TNF
  3. Terdapat gangguan psikiatrik: Kecemasan, depresi, BD, penggunaan zat-zat tertentu
  4. Kondisi medis : Asma, rematologi, dan lain-lain
  5. Efek samping pengobatan : Theophyllin, anti-depresan, beta-blocker

Dampak Insomnia Insomnia dapat berdampak merugikan :

  • Pemanfaatan waktu di sepanjang hari yang kurang maksimal sehingga berpengaruh pada turunnya produktivitas.
  • Kualitas hidup yang menurun
  • Penderita harus menggunakan perawatan kesehatan
  • Kerugian dalam hidup bermasyarakat
  • Kesehatan psikiatrik
  • Kesehatan fisik

Perawatan Insomnia Perawatan Insomnia sendiri bisa melalui berbagai cara:

  • Merawat semua penyebab utama, karena insomnia sendiri bisa disebabkan oleh penyakit seperti asma, rematologi, dll.
  • Kesehatan tidur yang baik, seperti membuat kamar tidurnya sehingga senyaman mungkin bisa dengan penataan lampu yang tidak terlalu terang dan juga pemilihan warna dinding kamar yang redup.
  • Psikoterapi, dengan cara konsultasi ke psikiater apabila penyebab insomnia karena adanya tekanan psikis seperti cemas, stress akibat pekerjaan ataupun adanya masalah dalam keluarga/pribadi.
  • Pengobatan, apabila ternyata cara-cara yang diatas sudah tidak bisa lagi mengobati insomnia sehingga perlu menggunakan pengobatan.

Golongan Obat Insomnia

  1. Benzodiazepin Receptor Agonist (BzRA) : Merupakan pengobatan untuk insomnia yang paling umum digunakan, yang bekerja pada reseptor GABA
  • Keunggulan potensial : Terbukti efektif dalam perawatan insomnia

  • Kekurangan potensial :

  • Dapat menimbulkan efek-efek psikomotor yang terjadi di tengah malam atau di
    hari berikutnya, seperti :
      1. Ataxia

      2. Sedasi sepanjang hari

      3. Efek-efek kognitif

      4. Sesak pada pernafasan
  • Toleransi pada penghentian
  • Insomnia pantulan
  • Memiliki potensi penyalahgunaan dan ketergantungan (semua obat golongan BzRA memiliki batas waktu dalam pemberian resep)
2. Ramelteon
  • Bekerja pada potensi reseptor agonist MT1/MT2 yang selektif
  • Terjadi afinitas yang tidak berarti pada reseptor GABA sehingga tidak menyebabkan kecanduan, toleransi, penyalahgunaan dan efek samping negative seperti pada obat-obatan BzRA
  • Merupakan anti-insomnia pertama dengan kandungan yang tidak mengkontrol dan tidak berpotensi menimbulkan ketergantungan dan penyalahgunaan






















Dari kiri-kanan : Dr. Bernardus Sidharta, Moderator,
Prof.Dr.HM.Syamsulhadi, dr.Sp.KJ(K), DR.Dr.HJ.Nurmiati, Sp.KJ(K) Ramelteon telah diakui oleh Badan Administrasi Makanan dan Obat Amerika Serikat (FDA) pada bulan Juli 2005 sebagai obat resep untuk gangguan tidur pertama dan satu-satunya anti insomnia yang bukan merupakan obat yang dikontrol dan tidak menunjukkan bukti terjadinya penyalahgunaan dan ketergantungan Di Indonesia sendiri Ramelteon dipasarkan oleh PT.Takeda Indonesia dengan nama Rozerem TM dan telah mendapat persetujuan BPOM RI pada tanggal 29 Agustus 2008. Ramelteon dilaunching di Hotel JW.Mariott pada tanggal 11 Oktober 2008 dengan mengadakan media edukasi oleh Prof.Dr.HM.Syamsulhadi dr.Sp.KJ(K) dan DR.Dr.HJ.Nurmiati, Sp.KJ(K) serta dihadiri oleh pihak PT. Takeda Indonesia yaitu Dr. Bernardus Sidharta .







Saturday, November 1, 2008

High definition arthroscopy system; metode terapi terbaru gangguan lutut


Gangguan lutut, ternyata tidak hanya dialami oleh usia lanjut akibat osteoarthritis (pengapuran pada lutut), namun juga bisa dialami oleh siapa saja baik olahragawan maupun orang muda yang dinamis dan senang berolahraga. Kurangnya pemanasan saat berolahraga dan trauma merupakan penyebab tersering munculnya berbagai gangguan lutut yang biasanya ditandai dengan rasa nyeri di lutut, berbunyi saat lutut digerakkan atau lutut menjadi kaku.

Gangguan lutut seringkali diremehkan, padahal gangguan lutut apabila tidak ditangani secara dini dan tepat akan berakibat fatal dan menurunkan kualitas hidup penderitanya. Untungnya kini telah hadir sebuah pelayanan kesehatan untuk lutut dengan pelayanan kesehatan berkualitas secara lengkap, mulai dari konsultasi hingga fasilitas untuk terapi penanggulangan gangguan yaitu Jakarta Knee and Shoulder Orthopaedic Sport Center.

Jakarta Knee and Shoulder Orthopaedic Sport Center merupakan sebuah fasilitas pelayanan terintregrasi yang tersedia di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) dengan menerapkan metode serta teknologi terkini untuk diagnostic dan terapi penanggulangan gangguan. Pelayanan tersebut hadir dengan memberikan alternative solusi masyarakat yang mengalami ketidaknyamanan tidak hanya pada lutut namun juga bahu.

dr. Andre PontohRS Pondok Indah yang telah berhasil meraih sertifikat Akreditasi Rumah Sakit 16 Bidang Pelayanan serta sertifikat ISO 9001:2000 Sistem Manajemen Mutu ini, terus memberikan edukasi masyarakat dalam khususnya mengenai perkembangan ilmu kesehatan, diantaranya dengan mengadakan acara temu media di Auditorium RS Pondok Indah dengan tema Gangguan Lutut dan Terapi Penanggulangan Terkini dengan pembicara adalah dr. Andre Pontoh.

Dr. Andre Pontoh adalah seorang ahli bedah orthopaedi RS Pondok Indah dengan area spesialisasi lutut serta Sport Medicine, yang secara rinci menjelaskan seluk beluk mengenai lutut dan gangguan yang sering terjadi pada bagian tubuh ini, sekaligus terapi yang dilakukan dalam upaya penanggulangan gangguan lutut dengan menerapkan terapi/teknik dengan metode dan teknologi terkini, di antaranya adalah High Definition Arthroscopy System generasi terbaru.

Arthroscopy adalah suatu teknik operasi sendi dengan cara bedah invasif minimal (sayatan kecil). Dengan penggunaan High Definition System menghasilkan tampilan gambar dengan resolusi tertinggi. Sebelumnya, peralatan yang digunakan untuk operasi jenis ini hanya menggunakan single chip dan three chips, dimana resolusi serta kualitas gambar yang ditampakkan lebih dibandingkan ketajaman gambar yang dihasilkan dengan menggunakan High Definition Arthoscopy System, dan hal ini memberikan hasil diagnostik yang lebih baik.

Terapi penanggulanan gangguan lutut dengan teknik Bedah invasif minimal (Arthroscopy) mempunyai beberapa keuntungan yakni pasien mengalami rasa nyeri yang minimal paska operasi dan periode pemulihan dalam waktu yang relatif jauh lebih cepat dibandingkan operasi dengan teknik konservatif. Sedangkan keuntungan dari High Definition Arthroscopy System adalah selain bisa hasil diagnostik yang lebih baik, dokter juga dapat langsung melakukan terapi dalam waktu yang bersamaan, sehingga diharapkan hasilnya dapat lebih baik.

Dalam proses pemeriksaan gangguan lutut & bahu, RS Pondok Indah juga dilengkapi dengan MRI 1.5 Tesla yang memberikan hasil gambar anatomi tubuh bagian dalam yang lebih detil dan tajam, sehingga tidak akan ada kelainan yang terlewat dari hasil pantauan alat ini.

Perangkat pendukung canggih lainnya yang terdapat di RSPI adalah Computer Aided Surgery (CAS) untuk operasi penggantian sendi lutut yang menggunakan komputer. Dengan keahlian dokter bedah orthopaedik RSPI, operasi lutut dapat dilakukan dengan tingkat akurasi yang tinggi dan mampu menghasilkan fungsi lutut yang lebih baik.

Dr. Andre Pontoh, merupakan satu-satunya dokter ahli bedah orthopaedi di Indonesia yang melakukan Double Bundle ACL Reconstruction, sebuah teknik operasi penggantian urat lutut yang putus yang pertama kali ditemukan di Jepang. Tidak hanya itu, fasilitas sub spesialistik ini menangani gangguan lutut dan bahu mulai dari kasus yang ringan sampai berat, misalnya kasus osteoarthritis (pengapuran pada lutut), cedera meniscus, tulang rawan pecah, dan lain sebagainya.(source:
Sri - medicastore.com)

Add to Google Add to My Yahoo! Add to My AOL Add this Content to Your Site