Tuesday, July 29, 2008

Demam tifoid pada anak: apa yang perlu diketahui?

Angka kejadian demam tifoid (typhoid fever) diketahui lebih tinggi pada negara yang sedang berkembang di daerah tropis, sehingga tak heran jika demam tifoid atau tifus abdominalis banyak ditemukan di negara kita. Di Indonesia sendiri, demam tifoid masih merupakan penyakit endemik dan menjadi masalah kesehatan yang serius. Demam tifoid erat kaitannya dengan higiene perorangan dan sanitasi lingkungan.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam tifoid di seluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap tahunnya. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada anak maupun dewasa. Anak merupakan yang paling rentan terkena demam tifoid, walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari dewasa. Di hampir semua daerah endemik, insidensi demam tifoid banyak terjadi pada anak usia 5-19 tahun.

Perbedaan antara demam tifoid pada anak dan dewasa adalah mortalitas (kematian) demam tifoid pada anak lebih rendah bila dibandingkan dengan dewasa. Risiko terjadinya komplikasi fatal terutama dijumpai pada anak besar dengan gejala klinis berat, yang menyerupai kasus dewasa. Demam tifoid pada anak terbanyak terjadi pada umur 5 tahun atau lebih dan mempunyai gejala klinis ringan.

Prof. DR. dr. Sri Rezeki S. Hadinegoro, SpA(K) dari Divisi Infeksi dan Pediatri Tropik Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM menjelaskan bahwa anak usia sekolah yang sudah bisa jajan sendiri merupakan yang paling rentan terinfeksi demam tifoid. “Anak di bawah usia 5 tahun biasanya yang memberikan makanan adalah ibunya, tentunya ibunya memberikan yang bersih, tidak sembarangan beli. Sementara kalau bayi kan belum makan, belum jajan, masih minum ASI,” kata Prof. Sri.


Gejala Klinis Demam Tifoid

Gejala klinis demam tifoid sangat bervariasi, mulai dari gejala yang ringan sekali sehingga tidak terdiagnosis, dengan gejala yang khas (sindrom demam tifoid), sampai dengan gejala klinis berat yang disertai komplikasi. Gejala klinis demam tifoid pada anak cenderung tidak khas. Makin muda umur anak, gejala klinis demam tifoid makin tidak khas. Umumnya perjalanan penyakit berlangsung dalam jangka waktu pendek dan jarang menetap lebih dari 2 minggu.

“Pada orang dewasa, gejala klinis demam tifoid cenderung berat. Tetapi pada anak kecil makin tidak berat. Anak sekolah di atas usia 10 tahun mirip seperti gejala klinis orang dewasa, yaitu panas tinggi sampai kekurangan cairan dan perdarahan usus yang bisa sampai pecah (perforasi),” ujar Prof. Sri.

Beberapa gejala klinis yang sering terjadi pada demam tifoid adalah sebagai berikut:

  • Demam
    Demam atau panas merupakan gejala utama demam tifoid. Awalnya, demam hanya samar-samar saja, selanjutnya suhu tubuh turun naik yakni pada pagi hari lebih rendah atau normal, sementara sore dan malam hari lebih tinggi. Demam dapat mencapai 39-40 °C.
    Intensitas demam akan makin tinggi disertai gejala lain seperti sakit kepala, diare, nyeri otot, pegal, insomnia, anoreksia, mual, dan muntah. Pada minggu ke-2 intensitas demam makin tinggi, kadang terus-menerus. Bila pasien membaik maka pada minggu ke-3 suhu tubuh berangsur turun dan dapat normal kembali pada akhir minggu ke-3.
    Perlu diperhatikan bahwa tidak selalu ada bentuk demam yang khas pada demam tifoid. Tipe demam menjadi tidak beraturan, mungkin karena intervensi pengobatan atau komplikasi yang dapat terjadi lebih awal. Pada anak khususnya balita, demam tinggi dapat menimbulkan kejang.

  • Gangguan saluran pencernaan
    Sering ditemukan bau mulut yang tidak sedap karena demam yang lama. Bibir kering dan terkadang pecah-pecah. Lidah terlihat kotor dan ditutupi selaput kecoklatan dengan ujung dan tepi lidah kemerahan dan tremor, pada penderita anak jarang ditemukan. Umumnya penderita sering mengeluh nyeri perut, terutama nyeri ulu hati, disertai mual dan muntah. Penderita anak lebih sering mengalami diare, sementara dewasa cenderung mengalami konstipasi.

  • Gangguan kesadaraan
    Umumnya terdapat gangguan kesadaran berupa penurunan kesadaran ringan. Sering ditemui kesadaran apatis. Bila gejala klinis berat, tak jarang penderita sampai somnolen dan koma atau dengan gejala-gejala psikosis. Pada penderita dengan toksik, gejala delirium (mengigau) lebih menonjol.

  • Hepatosplenomegali
    Pada penderita demam tifoid, hati dan atau limpa sering ditemukan membesar. Hati terasa kenyal dan nyeri bila ditekan.

  • Bradikardia relatif dan gejala lain
    Bradikardi relatif adalah peningkatan suhu tubuh yang tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi nadi. Patokan yang sering dipakai adalah bahwa setiap peningkatan suhu 1 °C tidak diikuti peningkatan frekuensi nadi 8 denyut dalam 1 menit. Bradikardi relatif tidak sering ditemukan, mungkin karena teknis pemeriksaan yang sulit dilakukan.
    Gejala-gejala lain yang dapat ditemukan pada demam tifoid adalah rose spot (bintik kemerahan pada kulit) yang biasanya ditemukan di perut bagian atas, serta gejala klinis yang berhubungan dengan komplikasi yang terjadi. Rose spot pada anak sangat jarang ditemukan.

Komplikasi Demam Tifoid

Menurut Prof. Sri, pada akhir minggu ke-2 sampai masuk minggu ke-3 merupakan masa yang berbahaya. Pada minggu ke-2 atau lebih, sering timbul komplikasi demam tifoid mulai dari yang ringan sampai berat bahkan kematian. Dengan terapi yang tepat, banyak penderita yang sembuh dari demam tifoid. Namun tanpa terapi yang tepat, beberapa penderita mungkin tidak selamat dari komplikasi demam tifoid.

Beberapa komplikasi yang sering terjadi pada demam tifoid adalah:

  • Perdarahan usus dan perforasi
    Perdarahan usus dan perforasi merupakan komplikasi serius dan perlu diwaspadai dari demam tifoid yang muncul pada minggu ke-3. Sekitar 5 persen penderita demam tifoid mengalami komplikasi ini. Perdarahan usus umumnya ditandai keluhan nyeri perut, perut membesar, nyeri pada perabaan, seringkali disertai dengan penurunan tekanan darah dan terjadinya syok, diikuti dengan perdarahan saluran cerna sehingga tampak darah kehitaman yang keluar bersama tinja.
    Perdarahan usus muncul ketika ada luka di usus halus, sehingga membuat gejala seperti sakit perut, mual, muntah, dan terjadi infeksi pada selaput perut (peritonitis). Jika hal ini terjadi, diperlukan perawatan medis yang segera.

  • Komplikasi lain yang lebih jarang
    • Pembengkakan dan peradangan pada otot jantung (miokarditis).
    • Pneumonia.
    • Peradangan pankreas (pankreatitis).
    • Infeksi ginjal atau kandung kemih.
    • Infeksi dan pembengkakan selaput otak (meningitis).
    • Masalah psikiatri seperti mengigau, halusinasi, dan paranoid psikosis.

Prof. Sri menjelaskan, ada 2 jenis komplikasi pada demam tifoid, yakni komplikasi yang terjadi di luar usus dan di dalam usus.

  • Komplikasi di luar usus
    Anak dengan panas tinggi umumnya tidak mau makan karena ada diare. Sehingga dapat terjadi kekurangan cairan (dehidrasi) dan elektrolit. Usahakan cairan yang masuk harus banyak, baik air putih, teh manis, jus buah atau susu. Panas yang tinggi juga dapat mengakibatkan anak kejang (kejang karena demam).

  • Komplikasi di dalam usus
    Luka di dalam usus dapat menimbulkan perdarahan sehingga tinja berdarah. Usus yang luka ini dapat pecah. Gejala lainnya berupa perut kembung dan panas tinggi sampai tidak sadar.

Penyebab Demam Tifoid

Penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi. Sementara demam paratifoid yang gejalanya mirip dengan demam tifoid namun lebih ringan, disebabkan oleh Salmonella paratyphi A, B, atau C. Bakteri ini hanya menginfeksi manusia. Penyebaran demam tifoid terjadi melalui makanan dan air yang telah tercemar oleh tinja atau urin penderita demam tifoid dan mereka yang diketahui sebagai carrier (pembawa) demam tifoid.

Di beberapa negara berkembang yang masih menjadi daerah endemik demam tifoid, kasus yang terjadi umumnya disebabkan pencemaran air minum dan sanitasi yang buruk. Infeksi terjadi jika anda mengkonsumsi makanan yang disiapkan oleh penderita demam tifoid yang tidak mencuci tangan dengan baik setelah ke toilet. Infeksi dapat juga terjadi dengan meminum air yang telah tercemar bakteri Salmonella.

Walaupun telah diobati dengan antibiotik, sejumlah kecil penderita yang sembuh dari demam tifoid akan tetap menyimpan bakteri Salmonella di dalam usus dan kantung empedu, bahkan selama bertahun-tahun. Orang ini disebut sebagai carrier kronis yang dapat menyebarkan bakteri melalui tinja mereka dan dapat menginfeksi orang lain. Perlu diwaspadai bahwa seorang carrier tidak memiliki gejala demam tifoid.

“Penularan yang paling berbahaya dari tinja. Misalnya kita jajan, kalau yang mengelola jajanan itu jorok, setelah ke toilet tidak cuci tangan dengan sabun kemudian dia membuat makanan, pasti makanan itu akan tercemar Salmonella. Atau dia memakai air yang kurang bagus, misalnya air sumur yang tercemar,” jelas Prof. Sri.


Diagnosis Demam Tifoid

Diagnosis pasti demam tifoid atau bukan diperoleh dengan identifikasi Salmonella typhi melalui kultur darah. Sampel untuk kultur dapat diambil dari darah, sumsum tulang, tinja, atau urin. Sampel darah diambil saat demam tinggi pada minggu ke-1. Sampel tinja dan urin pada minggu ke-2 dan minggu selanjutnya. Kultur memerlukan waktu kurang lebih 5-7 hari. Sampel ditanam dalam biakan empedu (gaal culture).

“Sekali kita diagnosis demam tifoid, betul-betul harus kita eradikasi, jangan sampai nantinya jadi carrier. Untuk diagnosa pasti demam tifoid, harus diperiksa bakteri Salmonella typhi ada atau tidak. Kalau hasilnya positif, sudah pasti sakit (demam tifoid) dan itu harus diobati dengan benar. Kultur harus disebutkan terhadap Salmonella, karena memerlukan media empedu, jadi bukan sembarang kultur,” ungkap Prof. Sri.

Bila positif ditemukan bakteri Salmonella typhi, maka penderita sudah pasti mengidap demam tifoid. Kultur sumsum tulang belakang merupakan tes yang paling sensitif untuk Salmonella typhi. Kultur sampel tinja dan urin dimulai pada minggu ke-2 demam dan dilaksanakan setiap minggu. Bila pada minggu ke-4 biakan tinja masih positif maka pasien sudah tergolong carrier.

Prof. Sri menambahkan, pada orang dewasa, bakteri Salmonella dapat bersembunyi di kantung empedu sehingga orang tersebut menjadi carrier. Seorang carrier mengidap kuman Salmonella tetapi dia tidak sakit. Sewaktu-waktu Salmonella ini dapat keluar bersama empedu jika carrier mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak. Pada waktu empedu keluar, bakteri Salmonella juga ikut keluar, sehingga terus saja dibuang melalui tinja. Orang yang seperti ini yang berpotensi menularkan demam tifoid. Sumber carrier ini umumnya orang dewasa yang mempunyai Salmonella di kantung empedu. Anak biasanya jarang sekali menjadi carrier.


Pengobatan Demam Tifoid

Penderita demam tifoid dengan gejala klinik jelas sebaiknya dirawat di rumah sakit. Di samping untuk optimalisasi pengobatan, hal ini bertujuan untuk meminimalisasi komplikasi dan mencegahan pencemaran dan atau kontaminasi.

  • Tirah baring
    Penderita yang dirawat harus tirah baring (bed rest) dengan sempurna untuk mencegah komplikasi, terutama perdarahan dan perforasi. Bila gejala klinis berat, penderita harus istirahat total.

  • Nutrisi
    • Cairan
      Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun parenteral. Cairan parenteral diindikasikan pada penderita sakit berat, ada komplikasi, penurunan kesadaran serta yang sulit makan. Cairan harus mengandung elektrolit dan kalori yang optimal.
    • Diet
      Diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup. Sebaiknya rendah selulosa (rendah serat) untuk mencegah perdarahan dan perforasi. Diet untuk penderita demam tifoid, biasanya diklasifikasikan atas diet cair, bubur lunak, tim, dan nasi biasa.

  • Terapi simptomatik
    Terapi simptomatik dapat diberikan dengan pertimbangan untuk perbaikan keadaan umum penderita, yakni vitamin, antipiretik (penurun panas) untuk kenyamanan penderita terutama anak, dan antiemetik bila penderita muntah hebat.

  • Antibiotik
    Antibiotik segera diberikan bila diagnosis telah dibuat. Antibiotik merupakan satu-satunya terapi yang efektif untuk demam tifoid. Antibiotik yang diberikan sebagai terapi awal adalah dari kelompok antibiotik lini pertama untuk demam tifoid. Sampai saat ini kloramfenikol masih menjadi pilihan pertama, berdasarkan efikasi dan harga. Kekurangannya adalah jangka waktu pemberiannya yang lama, serta cukup sering menimbulkan carrier dan relaps. Kejadian carrier dan relaps pada anak jarang dilaporkan.

    Antimikroba lini pertama untuk demam tifoid adalah:
    • Kloramfenikol.
    • Ampisillin atau Amoksisilin (aman untuk penderita yang sedang hamil).
    • Trimetroprim-Sulfametoksazol (Kotrimoksazol).

    Jika pemberian salah satu anti mikroba lini pertama dinilai tidak efektif, dapat diganti dengan anti mikroba yang lain atau dipilih anti mikroba lini kedua.

    Antimikroba lini kedua untuk demam tifoid adalah:

    • Seftriakson (diberikan untuk dewasa dan anak)
    • Cefixim (efektif untuk anak)
    • Quinolone (tidak dianjurkan untuk anak di bawah usia 18 tahun karena dinilai mengganggu pertumbuhan tulang).

    Untuk antibiotik, Prof. Sri sedikit mengingatkan tentang masalah resistensi antibiotik. Multi drug resistance terjadi jika sudah terjadi resistensi kuman terhadap 2 di antara 3 antibiotik lini pertama. “Tapi kalau kasus demam tifoid pada anak, di RSCM, sampai saat ini kita masih berikan kloramfenikol atau kotrimoksazol. Untuk kasus yang berat baru kita berikan sefalosporin,” jelas Prof. Sri.

    Pengobatan terhadap demam tifoid pada anak harus dilakukan secara tuntas. Umumnya diperlukan terapi antibiotik dosis tinggi selama 10 hari. Anak dapat dirawat di rumah sakit selama 5 hari, bila panasnya sudah turun, sudah mau makan, dan tidak ada komplikasi, maka 5 hari berikutnya anak dapat dirawat di rumah. Namun pasien harus tetap disiplin minum obat, karena kalau tidak, kuman Salmonella tidak mati. “Yang namanya pengobatan eradikasi itu betul-betul harus tuntas, jangan sampai kambuh, kemudian jadi carrier”, tegas Prof. Sri.


Pencegahan Demam Tifoid

Pencegahan adalah segala upaya yang dilakukan agar setiap anggota masyarakat tidak tertular oleh bakteri Salmonella. Ada 3 pilar strategis yang menjadi program pencegahan yakni:

  • Mengobati secara sempurna pasien dan carrier demam tifoid.
  • Mengatasi faktor-faktor yang berperan terhadap rantai penularan.
  • Perlindungan dini agar tidak tertular.

Demam tifoid dapat dicegah dengan kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan. “Orang Indonesia itu umumnya cuci tangan setelah makan, padahal harusnya sebelum makan. Setelah makan, tangannya kotor, baru dicuci. Tapi kalau sebelum makan dia lupa. Padahal tangan itu paling kotor, kena segala macam. Lewat tangan kita bisa memindahkan kuman. Di sinilah kesadaran kita masih kurang,” sesal Prof. Sri.

Berikut beberapa petunjuk untuk mencegah penyebaran demam tifoid:

  • Cuci tangan.
    Cuci tangan dengan teratur meruapakan cara terbaik untuk mengendalikan demam tifoid atau penyakit infeksi lainnya. Cuci tangan anda dengan air (diutamakan air mengalir) dan sabun terutama sebelum makan atau mempersiapkan makanan atau setelah menggunakan toilet. Bawalah pembersih tangan berbasis alkohol jika tidak tersedia air.

  • Hindari minum air yang tidak dimasak.
    Air minum yang terkontaminasi merupakan masalah pada daerah endemik tifoid. Untuk itu, minumlah air dalam botol atau kaleng. Seka seluruh bagian luar botol atau kaleng sebelum anda membukanya. Minum tanpa menambahkan es di dalamnya. Gunakan air minum kemasan untuk menyikat gigi dan usahakan tidak menelan air di pancuran kamar mandi.

  • Tidak perlu menghindari buah dan sayuran mentah.
    Buah dan sayuran mentah mengandung vitamin C yang lebih banyak daripada yang telah dimasak, namun untuk menyantapnya, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut. Untuk menghindari makanan mentah yang tercemar, cucilah buah dan sayuran tersebut dengan air yang mengalir. Perhatikan apakah buah dan sayuran tersebut masih segar atau tidak. Buah dan sayuran mentah yang tidak segar sebaiknya tidak disajikan. Apabila tidak mungkin mendapatkan air untuk mencuci, pilihlah buah yang dapat dikupas.

  • Pilih makanan yang masih panas.
    Hindari makanan yang telah disimpan lama dan disajikan pada suhu ruang. Yang terbaik adalah makanan yang masih panas. Walaupun tidak ada jaminan makanan yang disajikan di restoran itu aman, hindari membeli makanan dari penjual di jalanan yang lebih mungkin terkontaminasi.

Jika anda adalah pasien demam tifoid atau baru saja sembuh dari demam tifoid, berikut beberapa tips agar anda tidak menginfeksi orang lain:

  • Sering cuci tangan anda.
    Ini adalah cara penting yang dapat anda lakukan untuk menghindari penyebaran infeksi ke orang lain. Gunakan air (diutamakan air mengalir) dan sabun, kemudian gosoklah tangan selama minimal 30 detik, terutama sebelum makan dan setelah menggunakan toilet.

  • Bersihkan alat rumah tangga secara teratur.
    Bersihkan toilet, pegangan pintu, telepon, dan keran air setidaknya sekali sehari.

  • Hindari memegang makanan.
    Hindari menyiapkan makanan untuk orang lain sampai dokter berkata bahwa anda tidak menularkan lagi. Jika anda bekerja di industri makanan atau fasilitas kesehatan, anda tidak boleh kembali bekerja sampai hasil tes memperlihatkan anda tidak lagi menyebarkan bakteri Salmonella.

  • Gunakan barang pribadi yang terpisah.
    Sediakan handuk, seprai, dan peralatan lainnya untuk anda sendiri dan cuci dengan menggunakan air dan sabun.

Pencegahan dengan Vaksinasi

Di banyak negara berkembang, tujuan kesehatan masyarakat dengan mencegah dan mengendalikan demam tifoid dengan air minum yang aman, perbaikan sanitasi, dan perawatan medis yang cukup, mungkin sulit untuk dicapai. Untuk alasan itu, beberapa ahli percaya bahwa vaksinasi terhadap populasi berisiko tinggi merupakan cara terbaik untuk mengendalikan demam tifoid.

Membuat tubuh kebal melalui vaksinasi merupakan bagian dari upaya perlindungan diri dari penularan demam tifoid. Sampai saat ini vaksin tifoid oral baru diprioritaskan untuk pelancong, tenaga laboratorium mikrobiologis, dan tenaga pemasak/penyaji makanan di restoran atau hotel. Namun mengingat demam tifoid dengan morbiditas cukup tinggi, vaksinasi terhadap tifoid sudah harus dipertimbangkan pemberiannya sejak anak-anak, setelah mereka mengenal jajanan yang tidak terjamin kebersihannya.

Di Indonesia telah ada 3 jenis vaksin tifoid, yakni:

  • Vaksin oral Ty 21a
    Vaksin yang mengandung Salmonella typhi galur Ty 21a. Vaksin ini tersedia dalam kapsul yang diminum selang sehari dalam 1 minggu, 1 jam sebelum makan. Vaksin ini dikontraindikasikan pada wanita hamil, menyusui, penderita imunokompromais, sedang demam, sedang minum antibiotik, dan anak kecil 6 tahun. Lama proteksi dilaporkan 5 tahun.

  • Vaksin parenteral sel utuh
    Vaksin ini mengandung sel utuh Salmonella typhi yang dimatikan yang mengandung kurang lebih 1 milyar kuman setiap mililiternya. Dosis untuk dewasa 0,5 mL; anak 6-12 tahun 0,25 mL; dan anak 1-5 tahun 0,1 mL yang diberikan 2 dosis dengan interval 4 minggu. Efek samping yang dilaporkan adalah demam, nyeri kepala, lesu, dan bengkak dengan nyeri pada tempat suntikan. Vaksin ini di kontraindikasikan pada keadaan demam, hamil, dan riwayat demam pada pemberian pertama. Vaksin ini sudah tidak beredar lagi, mengingat efek samping yang ditimbulkan dan lama perlindungan yang pendek.

  • Vaksin polisakarida
    Vaksin yang mengandung polisakarida Vi dari bakteri Salmonella. Mempunyai daya proteksi 60-70 persen pada orang dewasa dan anak di atas 5 tahun. Vaksin ini tersedia dalam alat suntik 0,5 mL yang berisi 25 mikrogram antigen Vi dalam buffer fenol isotonik. Vaksin diberikan secara intramuskular dan diperlukan pengulangan (booster) setiap 3 tahun. Vaksin ini dikontraindikasikan pada keadaan hipersensitif, hamil, menyusui, sedang demam, dan anak kecil 2 tahun.
Di Indonesia, vaksinasi tifoid termasuk dalam Program Pengembangan Imunisasi yang dianjurkan. Menurut Prof. Sri yang juga adalah Ketua Satgas Imunisasi IDAI, vaksinasi tifoid masih dianjurkan, yang artinya belum disediakan secara gratis oleh pemerintah. Vaksin tifoid yang diberikan ke anak umumnya adalah vaksin polisakarida dalam bentuk injeksi. Vaksin tifoid ini harus diulang setiap 3 tahun sekali, dan pasien terkadang lupa jika tidak diingatkan. Anak dianjurkan diberikan vaksin tifoid jika sudah berumur lebih dari 2 tahun, dimana antibodi anak sudah siap menerima vaksin yang disuntikkan dan sudah mulai terpapar oleh bakteri Salmonella dari makanan (jajanan) yang tercemar.

Suatu saat nanti, mungkin saja Indonesia bebas dari demam tifoid. Menurut Prof. Sri, hal yang penting adalah penyediaan air minum yang bersih. Air yang digunakan untuk minum dan dikonsumsi harus direbus dulu sampai mendidih. Ini menyangkut edukasi masyarakat tentang pentingnya kebersihan.


Narasumber:

Tentang Prof. DR. dr. Sri Rezeki S. Hadinegoro, SpA(K)sri_rezeki_hadinegoro

Beliau merupakan guru besar Ilmu Kesehatan Anak dari FKUI. Kegiatan beliau saat ini adalah sebagai staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Jakarta.

Menempuh pendidikan dokter umum dari FK Universitas Padjajaran (lulus tahun 1972). Kemudian melanjutkan spesialis Ilmu Kesehatan Anak FKUI (lulus tahun 1983). Memperoleh gelar doktor Ilmu Kesehatan Anak FKUI di tahun 1996 dan diangkat sebagai guru besar Ilmu Kesehatan Anak di FKUI tahun 2000.

Beliau dapat ditemui di Divisi Infeksi dan Pediatri Tropik Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM.

Organisasi:

  • Ketua Bidang Ilmiah Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
  • Ketua Satuan Tugas Imunisasi IDAI
  • Ketua Komite Nasional Penganggulangan dan Pengkajian Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (Komnas PP KIPI) - Departemen Kesehatan
  • Board member of Asian Society of Pediatric Infectious Disease (ASPID)
  • Board member of Asia-Pacific Pediatric Infection and Prevention
  • Ketua Tim Ahli Imunisasi Nasional-Technical Advisory Group (TAG-MOH)
  • Member of Asian Strategic Alliance for Pneumococcal Disease (ASAP)
dikutip dari www.medicastore.com

Thursday, July 10, 2008

HERBACURE Ekstrak Sambiloto




MENINGKATKAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH ANDA


SAMBILOTO sejak dahulu dikenal sangat mujarab untuk mengobati berbagai penyakit. Diproses melalui teknologi mutakhir Jepang, EKSTRAK SAMBILOTO 100% alami dan murni dari tanaman Sambiloto.

Khasiat :
 Meningkatkan kekebalan tubuh karena memiliki efek antibiotik alami dan antiparasitik alami untuk melawan infeksi seperti radang tenggorokan, influenza dan keputihan.
 Menurunkan kadar gula darah penderita diabetes
 Membersihkan darah
 Mengatasi penyakit kulit dan gatal-gatal
 Membantu menurunkan demam
 Dan lain-lain

Terkenal di Mancanegara :

 Cina, digunakan untuk berbagai pengobatan seperti kanker prostat dan hepatitis
 India, digunakan sebagai tonikum, penurun panas, penguat pencernaan, obat cacing, diabetes dan hepatitis
 Skandinavia, mengklarifikasijan Sambiloto sebagai herbal teratas untuk mengatasi penyakit-penyakit infeksi

Aturan minum :
 untuk pencegahan 2x sehari @ 1 kapsul
 untuk pengobatan 3x sehari @ 2 kapsul
 atau sesuai petunjuk Dokter

Sambiloto merupakan salah satu dari 9 tanaman obat unggulan Indonesia yang akan diorbitkan ke dunia International.
Untuk keterangan lebih lanjut baca di www.jamuherbacure.com

Tuesday, July 8, 2008

Symptoms of Pregnancy

Symptoms of pregnancy differ from woman to woman and pregnancy to pregnancy. Some women experience symptoms of pregnancy within a week of starting stage which is medically termed as conception, but for others it may develop over a few weeks or may not be present at all. Here is a list of some of the most common pregnancy signs. If you have been sexually active and experience any of the given symptoms then you should go for a pregnancy test.
  • Food Cravings:
    You may not have a strong desire to eat pickles and ice cream, many women will feel cravings for certain foods when they are pregnant. This can last throughout your entire pregnancy.
  • Implantation Bleeding:
    One of the earliest pregnancy symptom is Implantation bleeding. About 6-12 days after conception, the embryo implants itself into the uterine wall. Some women will experience cramping as well as some spotting.
  • Delay in Menstruation:
    A delayed menstruation is the most common pregnancy symptom. When you become pregnant, your next period should be missed. Many women can bleed while they are pregnant, but typically the bleeding will be lighter than a normal period.
  • Swollen Breasts:
    Swollen breasts is a pregnancy symptom which may begin as early as 1-2 weeks after conception. Women can feel swollen or sore in their breasts.
  • Tiredness:
    Feeling fatigued or more tired is a pregnancy symptom which can be started as the first week after conception.
  • Morning Sickness:
    This well-known pregnancy symptom will often show up between 2-8 weeks after conception. Some women are fortunate to not deal with morning sickness at all.
  • Backaches:
    Lower backaches may be a symptom that occurs early in pregnancy; however, it is common to experience a dull backache throughout an entire pregnancy.
  • Headaches:
    The sudden rise of hormones in your body can cause you to have headaches early in pregnancy.
  • Frequent Urination:
    you may find yourself making a few extra trips to the bathroom after 6-8 weeks of the conception.
  • Darkening of Areolas
    If you are pregnant, the skin around your nipples may get darker.

Other articles about pregnancy :

Things You Should and Should Not Do During Pregnancy

Things You Should and Should Not Do During Pregnancy

There are a few things you can do while you are pregnant to help improve your own and your baby's health. You can also avoid risks that can complicate or terminate a pregnancy. One of thebest reasons for you to plan your pregnancy is that you control all those different factors starting from conception which effect the process of pregnancy.

A. Things You SHOULD Do

There are some most common practices which pregnant women should follow to avoid any uncertanity.

Regular Medical Exams

Regular medical exam is the one of the easiest and best ways to avoid problems and complications
during pregnancy.

Recommended Daily Allowance for Folic Acid

Proper amount of Folic Acid significantly reduce your baby's risk for spinal bifida. The current recommendation is 0.4 mg of folic acid daily.

Prenatal Vitamins

Both your baby and you need plenty of vitamins during pregnancy, and by taking special prenatal vitamins you guarantee that you are getting everything you need.

Eat Plenty of Protein

The RDA of protein for pregnant women is 75 grams but 100 grams is often recommended. Sufficient protein is necessary for the development of the baby especially the brain and may help protect against different diseases during pregnancy.

Eat Well and Get Plenty of Exercise.

Your diet needs to include plenty of vitamins, minerals, fiber etc. You also need to exercise and observe your weight as you’re normal.

Be Sure to Get Enough Fat in Diet

Fat and cholesterol, which we normally avoid, are important for absorbing the fat soluble vitamins (A, D, E, and K) and for stretchable skin. Fat is also necessary for the developing baby brain. That does not mean you want to be over-consuming it.

Be careful when traveling

You should be very much careful when you are travelling. Mostly distant travelling is not recommended by doctors to the women who are at 5-6 month of pregnancy.



B. What You Should NOT Do

There are some points to be considered while you are pregnant.

Avoid from smoking

Smoking is well-known risk to the mother as well as for the baby. Use of smoking can result in pre-term births, unstructured abortion and baby deaths.

Avoid from drinking Alcohol

Alcohol has lots of negative effects on your developing baby which depends on the dose and frequency of alcohol. It leads to a number of inherited birth defects which include prenatal and postnatal growth insufficiency.

Don’t take illegal Drugs

You should avoid using drugs even other then pregnancy, but during pregnancy you must not take illegal drugs, as it may cause problem in your pregnancy.

You Should Avoid Caffeine

Caffeine taken during pregnancy is thought to increase the probability of a child contracting diabetes.

You Should Not Eat Junk Food

Junk food fills your hunger but do not give you what exactly you require in these days for your baby and your own self. As your stomach size decreases during pregnancy, junk food takes up room and prevents you from eating the foods.

You Should Not Use a Water Bed

The heaters used in water beds give off the same electric fields as those found in electric blankets and should therefore be avoided for the same reasons.

You Should Avoid Drinking spout Water if Possible

Recent studies have shown that drinking tap water during the early months of pregnancy can increase your risk of miscarriage. If this concerns you or you have a history of miscarriage, you may want to discuss drinking bottled water with your doctor.

You Should Avoid Stress

Stress is defined as the increase of work and low decision making power during the job.

Try to avoid from Household Cleaning Products, vapors from Paint, Paint Thinner etc.

As with pesticide the best you can hope for, is educating yourself and trying to limit your exposure with the mentioned things.

You Should Avoid Raising Your Body Temperature

There is a potential danger to the developing fetus if your body temperature rises above 102 degrees. By getting a fever, by exercising too strenuously, working outside on hot summer day can cause temperature rise of your baby.

You Should Not Use a Sauna, Hot Tub or Take Long Hot Baths

Hot tubs and hot baths have a tendency to raise your body temperature and therefore are to be avoided.

You Should Avoid Herpes

Herpes when transferred to the baby during delivery, can lead to severe complications. The easiest way to avoid this possibility is to avoid contracting herpes.


Other articles about pregnancy :

Pregnancy Symptoms

Sunday, July 6, 2008

Diet during Pregnancy

1st-3rd month:

(Fruits, Calcium, Vegetables and Water)
Calcium is very important for both your baby and your own bones and teeth. An easy way to include calcium in your diet is to eat and drink pasteurized dairy products such as milk, yogurt, cheese and ice cream. Be sure to drink plenty of water, and eat plenty of raw fruits, vegetables, whole grain breads and bran breakfast cereal to make sure your bowel movements are regular.

4th month:

During pregnancy, need of iron increases in your body, so to be sure you get enough iron, eat meats, whole grain breads, leafy green vegetables, beans and dried fruits.

5th month:

Make it sure to eat food which carried more Vitamin C, so it is important to get a fresh supply every day because your body does not store Vitamin C. Good sources of Vitamin C are broccoli, tomatoes and oranges.

6th & 7th month:

You may find crave from foods smell or taste bad, even before your pregnancy you liked that food so much. Try to find substitutes that provide the right nutrients if it happens.

8th & 9th month:

It is still important what you eat. Taking a warm shower before bed also helps to relax you and make you sleepy, and if you have trouble sleeping, try drinking something warm and lying on your side with pillows to support your body.

Pregnancy Stages

1st-3rd month:
After the end of three months you get lot of weight and due to hormonal changes you may feel tired. Plan to get extra rest, sneaking in sleep when you can and slow down. By the end of third month you should feel more energetic. You may need to urinate more frequently now. This is common during the first and last three months of pregnancy. Start wearing loosely fitting clothes for more comfort.

4th Month:
You may feel more energy. Sickness and fatigue may stop in this period, and you may also notice our belly looks larger because of the growth of baby.

5th Month:
You should move and stand often because of changes in your circulation. Throughout the remainders of your pregnancy continue to do this. Your breasts may begin to leak a yellowish fluid called colostrums in preparation for breastfeeding and you may begin to feel movement of baby in this month

6th Month:
You may gain 3-4 pounds this month, and during the latter stages of pregnancy your feet may swell. Putting your feet up may help reduce any ankle swelling. Have wide, comfortable shoes, preferably with no heel.

7th Month:
You may gain 3-4 pounds in this month. You may tire easily. Ask for help, if you work, try to work shorter hours or a more flexible schedule if possible, and try of take more and more rest.

8th Month:
You may gain 3-4 pounds this month and increases in frequency of urination, backaches, anxiety, heartburn, and may shortness of breath occur. Try to have larger maternity clothes, if necessary. You will be growing quite a bit these last few weeks.

9th Month:
You may gain 3-4 pounds this month. Your stomach may change shape as the baby begins to position itself for birth. It may be easier to breathe now, but you may have to urinate more often. Get plenty of rest!

Getting boy or girl?
It takes about 20 minutes for the lucky winner to find his way in, over the next ten to 30 hours of conception; the sperm's nucleus merge with the egg's as they combine their genetic material. If the sperm carries a Y chromosome, your baby will be a boy; if it's an X chromosome, you'll be welcoming a girl.

Thursday, July 3, 2008

The Five Hepatitis Types

Hepatitis is an inflammation of the liver. Hepatitis is usually caused by viruses, but bacteria can also be a cause of hepatitis. Current studies conducted by scientists have shown that there are no more than five viruses that can cause hepatitis. All these types of hepatitis are very serious and they can do a lot of damage to your liver. The five types of hepatitis are hepatitis A, B, C, D and hepatitis E.

Hepatitis A is caused by a virus that spreads through water or food. The hepatitis A virus is found in one' s fecal materials. If somehow, this material contaminates water of food, the hepatitis virus is then spread very easily. The symptoms for this type of hepatitis are very similar to those of the flu. If you have hepatitis A, vomiting, nausea, fatigue and abdominal pain will be some of the symptoms. Furthermore, if your urine is dark or your skin and eyes turn yellowish, then you can definitely say that you have hepatitis. In this case, a doctor should be seen right away. He/ she will do some further tests to see if indeed you have hepatitis A or not. If you have hepatitis, then you will start a treatment. In cases of hepatitis A, the best treatment there is is to get plenty of rest and stay away from sexual contact. Hepatitis A can last somewhere between two weeks and half an year. There are corently two vaccines available for hepatitis A. One of the hepatitis vaccine is for those that have already been
exposed to the hepatitis virus and the second one is to prevent hepatitis A.

The second type of hepatitis: hepatitis B spreads through blood and sexual contact. Hepatitis B has almost the same symptoms as hepatits A. Loss of appetite can also be another hepatitis symptom. There are people that can have hepatitis B and still have no hepatitis symptoms at all. The treatment for this type of hepatitis is with medication. For children, vaccines are also available against hepatitis.

Hepatitis C, like hepatitis B is also spread by contact with blood that has been contaminated. In this case of hepatitis, more than half of the hepatitis patients have no symptoms at all. Those who have signs of hepatitis feel a loss of appetite, nausea, fatigue and jaundice. For this particular type of hepatitis there is no vaccine. Treatment for hepatitis C is with interferon or some combinations using this drug.

Like hepatitis B and C, hepatitis D is also spread through blood. In order to develop hepatitis D, you either have to suffer from hepatitis B or get infected with hepatitis B at the same time. This happens because hepatitis D needs the hepatitis B virus in order to replicate. Hepatitis E has no treatment and there are no vaccines for it.

Hepatitis is an inflammation of the liver. Hepatitis is usually caused by viruses, but bacteria can also be a cause of hepatitis. Current studies conducted by scientists have shown that there are no more than five viruses that can cause hepatitis. All these types of hepatitis are very serious and they can do a lot of damage to your liver. The five types of hepatitis are hepatitis A, B, C, D and hepatitis E.

Hepatitis A is caused by a virus that spreads through water or food. The hepatitis A virus is found in one' s fecal materials. If somehow, this material contaminates water of food, the hepatitis virus is then spread very easily. The symptoms for this type of hepatitis are very similar to those of the flu. If you have hepatitis A, vomiting, nausea, fatigue and abdominal pain will be some of the symptoms. Furthermore, if your urine is dark or your skin and eyes turn yellowish, then you can definitely say that you have hepatitis. In this case, a doctor should be seen right away. He/ she will do some further tests to see if indeed you have hepatitis A or not. If you have hepatitis, then you will start a treatment. In cases of hepatitis A, the best treatment there is is to get plenty of rest and stay away from sexual contact. Hepatitis A can last somewhere between two weeks and half an year. There are corently two vaccines available for hepatitis A. One of the hepatitis vaccine is for those that have already been
exposed to the hepatitis virus and the second one is to prevent hepatitis A.

The second type of hepatitis: hepatitis B spreads through blood and sexual contact. Hepatitis B has almost the same symptoms as hepatits A. Loss of appetite can also be another hepatitis symptom. There are people that can have hepatitis B and still have no hepatitis symptoms at all. The treatment for this type of hepatitis is with medication. For children, vaccines are also available against hepatitis.

Hepatitis C, like hepatitis B is also spread by contact with blood that has been contaminated. In this case of hepatitis, more than half of the hepatitis patients have no symptoms at all. Those who have signs of hepatitis feel a loss of appetite, nausea, fatigue and jaundice. For this particular type of hepatitis there is no vaccine. Treatment for hepatitis C is with interferon or some combinations using this drug.

Like hepatitis B and C, hepatitis D is also spread through blood. In order to develop hepatitis D, you either have to suffer from hepatitis B or get infected with hepatitis B at the same time. This happens because hepatitis D needs the hepatitis B virus in order to replicate. Hepatitis E has no treatment and there are no vaccines for it.

Article Source: http://www.articlesbase.com/health-articles/
Add to Google Add to My Yahoo! Add to My AOL Add this Content to Your Site