Selama bertahun-tahun fokus pencegahan flu dengan vaksinasi lebih ditekankan untuk kelompok usia lanjut dan para penderita penyakit kronik. Akan tetapi sejak diketahuinya morbiditas pada anak dan keuntungannya bila diberikan vaksinasi, maka imunisasi influenza direkomendasikan pula untuk kelompok ini. Perkembangan mutakhir vaksin influenza dan pengalaman Jepang dengan vaksinasi anak sekolah terhadap flu memberikan pelajaran yang berguna pada strategi pencegahan influensa. Selain itu perkembangan vaksin baru dan perkembangan antiviral, seiring pula dengan perkembangan rekomendasi imunisasi, akan meningkatkan wawasan kita terhadap flu sehingga akan mengurangi korban akibat dari suatu penyakit yang tersebar diseluruh dunia sejak lama.
Seperti halnya dengan penggunaan vaksin hidup virus lainnya, maka perlu perhatian terhadap masalah keamanan ca influenza vaccine. Reversi dari “virus beradaptasi dingin” (cold adapted virus, ca virus) menjadi virus liar (wild virus) dapat mengakibatkan infeksi saluran respirasi bawah. Transmisi dari orang ke orang dari virus vaksin hidup ini belum pernah dilaporkan tetapi potensial dapat terjadi. Pada penelitian klinik vaksin ini ditoleransi dengan baik, namun tetap diperlukan penelitian pasca pemasaran yang melibatkan sejumlah besar anak untuk memantau kemungkinan komplikasi yang jarang terjadi.
Pendahuluan
Dewasa ini vaksin yang tersedia untuk orang dewasa cukup banyak, seperti vaksin untuk difteri, tetanus, polio, measles, mumps, rubella, haemofilus influenza tipe B, influenza, pneumokok, meningokok, tifoid, BCG, varicella, yellow-fever, hepatitis A, hepatitis B, influenza, japanese B encephalitis, tifoid dan rabies. Indikasi penggunaan vaksin pada orang dewasa didasarkan kepada riwayat paparan, risiko penularan, usia lanjut, imunokompromais, gaya hidup dan rencana bepergian. Walaupun demikian vaksin yang dianjurkan untuk orang dewasa terutama adalah vaksin influenza dan pneumokok.
Di Amerika Serikat diperkirakan terdapat kurang lebih 48 juta kasus influenza pada segala usia selama musim dingin. Dari kasus yang terjadi tersebut 3,9 juta orang dirawat dan sekitar 20.000 orang meninggal. Dilaporkan pada saat ini lebih dari 90% kematian karena influenza terjadi pada usia 65 tahun atau lebih. Dari pengamatan di Indonesia, yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Penyakit Menular, Badan Penelitian dan Pengembang Kesehatan dan NAMRU-2, Jakarta, dengan contoh yang diambil dari penderita infeksi saluran pernapasan (ISPA) dari berbagai Puskesmas di Jakarta, serta Unit Rawat Jalan RS Sumber Waras-Jakarta, RS Hasan Sadikin dan RS Kebon Jati-Bandung, pada bulan Oktober dan November 1999, ditemukan 6% (40 dari 673 penderita) positif untuk influenza dan 6 dari 10 penderita yang telah diperiksa secara biakan jaringan ternyata diidentifikasi sebagai H3N2, kemungkinan besar sebagai strain Sydney. Virus influenza ini amat “smart” (licik) dan dapat menyebar cepat setiap saat.
Walaupun vaksin flu bermanfaat, ternyata rekomendasi vaksinasi pada penduduk Amerika Serikat yang berisiko tinggi termasuk pada anak-anak cakupan imunisasinya rendah. Misalnya kurang dari 30% penduduk usia kurang dari 65 tahun dengan penyakit jantung kronik, paru dan gangguan lainnya yang divaksinasi pada tahun 1997, bahkan target imunisasi di seluruh dunia masih jauh dari yang diharapkan. Selama bertahun-tahun fokus pencegahan flu dengan vaksinasi lebih ditekankan untuk kelompok usia lanjut dan para penderita penyakit kronik. Akan tetapi sejak diketahuinya morbiditas influenza pada anak dan keuntungannya bila divaksinasi, maka imunisasi influenza direkomendasikan pula untuk kelompok ini. Perkembangan mutakhir vaksin influenza akan merubah strategi pencegahan influenza.
Epidemiologi
Influenza merupakan penyakit virus saluran napas unik, oleh karena menimbulkan wabah berulang dengan aktivitas kuat serta kejadian infeksi tinggi pada semua usia. Virus influensa ini merupakan salah satu penyebab utama untuk ISPA. Bersifat sangat menular, dan dapat tersebar pada kelompok penduduk secara lokal, nasional atau bahkan secara global. Penyakit ini mempunyai pola musiman, di belahan bumi utara dengan empat musim terjadi terutama pada musim dingin sebaliknya sangat sedikit kasus pada musim panas. Di wilayah tropis terutama terjadi pada musim hujan, hasil pengamatan di Singapura dan Thailand kasus influensa terdapat sepanjang tahun dengan fluktuasi yang tidak begitu mencolok seperti di negara empat musim. Transmisi virus dipermudah oleh lingkungan ruangan yang padat. Infeksi pandemi tidak tergantung musim dan dapat terjadi sepanjang tahun.Umumnya pola infeksi influensa berupa morbiditas tinggi dan mortalitas rendah, walaupun pada kejadian luar biasa (KLB), kematian karena pneumonia dapat meningkatkan mortalitas. Banyak penelitian menemukan angka infeksi pada anak pra-sekolah dan anak usia sekolah lebih tinggi dari pada usia dewasa terutama selama epidemi influensa B dan anak dapat merupakan reservoir efektif penyakit ini. Glezen dkk
menemukan bahwa 1/3 bayi di Houston terinfeksi influensa pada awal kehidupan terutama pada usia 7-12 bulan Pada keluarga yang mempunyai anak usia sekolah dan usia lebih muda lebih sering menderita influensa karena terpapar dari anggota keluarga yang usianya kurang dari 20 tahun. Penemuan ini sesuai dengan konsep bahwa influenza terbanyak menginfeksi individu dengan imunitas lemah dan anak pada umumnya sebagai sumber influenza di masyarakat. Walaupun banyak mortalitas yang dihubungkan dengan influenza, secara keseluruhan “case fatality rate” kecil. 30% diantaranya memerlukan perawatan medis. Dampak ekonomi dari influensa tidak hanya pada perawatan medis tetapi juga hilangnya produktifitas manusia.Untuk memahami epidemiologi influenza diperlukan pengertian tentang variabilitas antigenik yang unik dari virus ini. Dengan interval yang tidak tetap antara 10-40 tahun, virus memperlihatkan perbedaan antigenik dari subtipe prevalen yang ada di masyarakat, karena virus ini secara antigenik baru, maka penyebarannya cepat dan menyebabkan penyakit meluas (pandemi) yang menyerang semua umur.
Download artikel selengkapnya di sini ....